KUALA LUMPUR, BANGKOK: Malaysia dan Thailand telah ikut serta dalam tren global yang meminta orang asing untuk tinggal dan berinvestasi di negara mereka guna meningkatkan perekonomian mereka.
Kedua negara Asia Tenggara meluncurkan inisiatif serupa awal bulan ini. Malaysia meluncurkan program visa premium baru, atau PVIP, sementara Thailand memperkenalkan visa tinggal jangka panjang tidak hanya untuk pekerja berketerampilan tinggi atau pekerja jarak jauh, namun juga pensiunan kaya dan apa yang disebut “warga negara global”.
Meskipun upaya Malaysia dilakukan di tengah perkiraan perekonomian yang kuat, perekonomian Thailand masih mengalami pemulihan lebih lambat dari perkiraan pemerintah. Rekor inflasi di sana dan lemahnya mata uang mengancam menjadikan Thailand sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling lambat di Asia Tenggara tahun ini.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Hamzah Zainuddin mengatakan kementeriannya yakin PVIP dapat menarik lebih banyak investasi asing langsung yang akan memperkuat perekonomian dan meningkatkan kesempatan kerja bagi penduduk lokal.
Program ini terbuka untuk individu dengan pendapatan tahunan asing lebih dari US$100,000. Mereka juga harus memiliki setidaknya US$218.000 di rekening bank mereka dan membayar biaya satu kali sekitar US$44.000 serta US$22.000 per tanggungan.
Kementerian Dalam Negeri menargetkan setidaknya 1.000 peserta pada tahun pertama program ini. Para peserta ini diharapkan menghasilkan pendapatan sekitar US$43 juta untuk Malaysia, serta tabungan tetap sekitar US$218 juta.
Para pemimpin bisnis Malaysia yang dihubungi oleh CNA mengatakan bahwa program semacam itu bisa menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan dari luar negeri, namun mereka menekankan bahwa kerangka kerja PVIP yang ada saat ini tidak memiliki langkah-langkah konkrit untuk menarik investor premium.
Skema ini akan berhasil karena pelamar yang berhasil akan mengeluarkan uangnya di negara tersebut, dan jika mereka membawa serta keluarga mereka, akan ada efek tetesan ke bawah (trickle-down effect) terhadap perekonomian, kata Shaun Cheah, direktur eksekutif Kamar Dagang Internasional Malaysia. .kata. dan Industri.
“Itu visa jangka panjang, 20 tahun, dan mereka (peserta) juga akan berinvestasi bisnis di sini. Apalagi bakat dan keahlian mereka juga membawa perekonomian,” ujarnya.
POTENSI MASALAH DALAM PROGRAM MALAYSIA
Mr Cheah mencatat bahwa Malaysia terus menjadi salah satu lokasi yang lebih menarik untuk investasi. Namun, ia mempertanyakan apakah mereka yang memiliki pendapatan pasif seperti selebriti, artis, dan investor akan menganggap Malaysia sebagai tempat di mana mereka bisa memperoleh keuntungan yang cukup tinggi.
“Beberapa syaratnya (programnya) adalah mereka harus menaruh sejumlah dana di negara ini dan dengan melemahnya devisa maka berarti mereka akan menggerus nilai dana mereka yang diparkir di Malaysia,” ujarnya.
“Malaysia perlu terus menyalurkan sikap ramah bisnis dan terbuka terhadap investor.”
Namun, ada aspek program yang memerlukan kejelasan, katanya.
“Di bidang apa saja mereka bisa berinvestasi? PVIP juga memungkinkan orang tersebut untuk bekerja. Apakah ada lapangan kerja terbatas yang bisa mereka masuki?” Dia bertanya.
Dr Carmelo Ferlito, CEO Pusat Pendidikan Pasar, mengaku skeptis dengan konsep hunian yang mengarah pada investasi.
“Saya pikir ini seperti membingungkan dua kategori berbeda atau mendekatinya dari sudut yang mungkin salah. Investasi dibawa oleh dunia usaha, belum tentu orang-orang kaya,” katanya.