Zulkhubri Ali Khan, penduduk Johor Bahru, yang sering mengunjungi Seven Oaks Bakery Cafe di Taman Pelangi, mengatakan kepada CNA bahwa dia memperhatikan bahwa toko tersebut telah menyesuaikan harga menunya dalam beberapa minggu terakhir.
“Harga sudah naik. Hidangan pasta yang dulu berharga RM18 hingga RM20 kini menjadi RM22 hingga RM25. Sama dengan makanan utama lainnya seperti burger dan nasi,” kata Pak Zulkhubri.
“Saya rasa hal itu tidak akan menghalangi saya untuk datang lagi karena kualitas makanan di sini bagus. Namun perlu dicatat bahwa setiap makan akan lebih mahal,” tambah konsultan bisnis tersebut.
Manajer Seven Oaks Bakery Cafe Firdaus Mansur mengatakan, harga “sebagian besar hidangan” di menunya naik 5 hingga 10 persen karena kenaikan harga bahan baku seperti telur, beras, dan minyak goreng.
Namun, kata dia, pihak kafe juga menambah porsi hidangannya.
“Bahan-bahannya kami peroleh langsung dari pemasok, dan harga yang kami beli untuk bahan pangan mentah ini sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah,” kata Pak Firdaus.
“Margin keuntungan kami sudah sangat kecil, jadi kami tidak mendapat apa-apa dari menaikkan harga,” imbuhnya.
ALIRAN PENGUNJUNG SINGAPURA FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI?
Beberapa penduduk setempat mengemukakan kemungkinan bahwa restoran-restoran di Johor Bahru telah menaikkan harga karena kembalinya pengunjung dari Singapura sejak perbatasan dibuka kembali pada bulan April.
Bapak Muhd Nur Hidayat mengklaim bahwa banyak dari restoran-restoran ini mungkin kehilangan pendapatan selama penutupan perbatasan yang berkepanjangan karena COVID-19, dan sekarang mencari cara untuk “mendapatkan kembali” dengan menaikkan harga.
“Pada tahun 2021, ketika makan di luar kembali dibuka (sebagai bagian dari pelonggaran pembatasan COVID-19), banyak toko yang tidak menaikkan harga karena mungkin takut menakuti penduduk setempat,” kata Muhd Nur Hidayat.
“Tetapi kini setelah warga Singapura kembali, bisnisnya bagus dan permintaannya tinggi, mereka mengambil kesempatan untuk menutup kerugian mereka,” katanya.
Outlet berita lokal The Star melaporkan pekan lalu bahwa masuknya pengunjung dari Singapura, ditambah dengan menguatnya dolar Singapura terhadap ringgit Malaysia, telah membuat restoran-restoran di Johor Bahru mengambil untung dengan menaikkan harga.
Meski begitu, restoran-restoran di Johor Bahru yang diwawancarai oleh CNA membantah bahwa mereka sengaja mengambil untung dari masuknya wisatawan, dan bersikeras bahwa kenaikan tersebut hanyalah efek bola salju dari kenaikan biaya operasional.
Manajer Seven Oaks, Firdaus, mengatakan kenaikan harga menu kafe tersebut dilakukan untuk memastikan harga menu tetap terjangkau bagi pelanggan lokal, dan bukan pelanggan Singapura.
“Pada akhir pekan, pelanggan kami 50 hingga 60 persen berasal dari Singapura. Namun secara keseluruhan kami masih sangat bergantung pada warga setempat untuk kelangsungan usaha kami,” kata Pak Firdaus.
“Oleh karena itu, kami menaikkan harga hanya secara terukur,” imbuhnya.
Nizwara Sayabi, yang mengelola kedai burger Ramly di dekat tempat cuci mobil di Bukit Chagar, mengatakan dia menaikkan harga karena harga pai daging, telur, roti, dan kertas kado menjadi lebih mahal.