SINGAPURA/JAKARTA: Shandong Nanshan dari Tiongkok berencana memperluas pabrik alumina barunya di Indonesia menjadi kompleks peleburan aluminium senilai $6 miliar pada tahun 2028, kata seorang eksekutif perusahaan, yang akan menjadi salah satu investasi asing terbesar di negara yang kaya sumber daya tersebut.
Shandong Nanshan adalah salah satu kelompok perusahaan swasta Tiongkok yang berkembang dan melakukan investasi bernilai miliaran dolar di Asia Tenggara di sektor-sektor seperti pengolahan logam dan penyulingan minyak di tengah melemahnya perekonomian Tiongkok dan pengawasan peraturan yang lebih ketat di dalam negeri.
Perusahaan meresmikan pabrik alumina berkapasitas 2 juta ton per tahun (tpy) di kawasan ekonomi khusus (KEK) Galang Batang di Pulau Bintan, sekitar satu jam dengan kapal feri dari Singapura, pada November lalu.
Kini beroperasi dengan kapasitas penuh, Nanshan memproses bauksit yang ditambang dari wilayah Kalimantan di Indonesia dan mengekspor alumina ke negara tetangga Malaysia dan juga menjualnya ke pedagang internasional.
Nanshan, dengan rencana untuk mendatangkan lebih banyak perusahaan Tiongkok ke lokasi tersebut, bermaksud untuk mulai membangun pabrik peleburan aluminium berkapasitas 250.000 ton pada akhir tahun ini, bagian dari rencana untuk membangun pabrik aluminium berkapasitas 1 juta ton pada tahun 2028, kata seorang eksekutif perusahaan. minggu lalu, meminta untuk tidak disebutkan namanya, dan akhirnya memproduksi aluminium batangan kelas atas untuk industri pesawat terbang dan kendaraan listrik.
Berbasis di provinsi Shandong, Tiongkok, Nanshan Group mengatakan pelanggan aluminiumnya termasuk Airbus, Boeing, dan Tesla.
Untuk melengkapi pabrik alumina, Nanshan mengoperasikan pembangkit listrik berbasis batu bara berkapasitas 160 megawatt (MW) di KEK. Manajer umum pabrik tersebut, Hao Weisong, mengatakan pada hari Selasa bahwa perusahaannya merencanakan fasilitas tenaga surya berkapasitas 100 MW dan juga telah setuju untuk membeli listrik terbarukan dari Perusahaan Listrik Negara.
Perusahaan pengelola KEK, PT Bintan Alumina Indonesia, diberikan pembebasan pajak penghasilan penuh selama 20 tahun pada tahun lalu, kata Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, pada hari Jumat.
Dia mengatakan investasi di situs tersebut sejauh ini berjumlah 17 triliun rupiah ($1,16 miliar).
Presiden Indonesia Joko Widodo, yang mengunjungi lokasi tersebut tahun lalu, berfokus pada pengolahan mineral untuk mendapatkan nilai lebih dari sektor pertambangannya yang luas, dan pemerintah mungkin akan memberlakukan larangan ekspor mineral yang belum diolah, termasuk bauksit, pada bulan Juni.
Moegiarso mengatakan KEK berkomitmen menyediakan 33,8 persen listriknya dari sumber terbarukan pada tahun 2032.
($1 = 14.695.0000 rupiah)