Sesaat menjelang pemilihan presiden Turki yang kedua, suasana antara Jerman dan Turki menjadi semakin tegang. Kementerian Luar Negeri (AA) memanggil Duta Besar Turki Ahmet Basar Sen ke Berlin. AA menanggapi tuduhan pemerintah di Ankara bahwa kebebasan berekspresi dan kebebasan pers tidak dihormati di Jerman. Duta Besar diberitahu “bahwa pemerintah federal dengan tegas menolak tuduhan pemerintah Turki mengenai kebebasan berekspresi dan kebebasan pers serta peradilan di Jerman,” kata Kementerian Luar Negeri di Twitter.
Latar belakang perselisihan ini adalah penggeledahan rumah dua jurnalis Turki di dekat Frankfurt am Main pekan lalu. Penggeledahan terjadi di rumah pegawai surat kabar Turki pro-pemerintah “Sabah” dan saluran TV “A Haber”. Kantor kejaksaan Darmstadt dan markas polisi Hesse Selatan menyebutkan kecurigaan adanya “penyebaran data pribadi yang berbahaya” sebagai alasannya. Kedua media tersebut diduga menerbitkan alamat, rumah, dan foto warga Turki yang tinggal di pengasingan di Jerman yang kritis terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan. Menurut penyidik, kedua jurnalis tersebut, masing-masing berusia 46 dan 51 tahun, dibebaskan setelah penggeledahan.
Pekan lalu, pemerintah Turki memanggil duta besar Jerman Jürgen Schulz karena insiden tersebut. Kementerian Luar Negeri di Ankara menuduh Jerman ingin “melecehkan dan mengintimidasi” pers Turki. Jerman ingin “menginstruksikan seluruh dunia tentang kebebasan pers dan kebebasan berekspresi” – namun melakukannya dengan “standar ganda”, demikian dikatakan di Ankara.
Media Turki berada di tangan pemerintah
Surat kabar “Sabah” milik Grup Media Turkuvaz, yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Presiden Erdogan. Kantor mereka di Frankfurt adalah kantor pusat pekerjaan mereka di Eropa. Sekitar 90 persen organisasi media Turki dikendalikan oleh pemerintah atau secara politik dekat dengannya. Hal ini pula yang menyebabkan banyak orang di Republik Federal mengkritik kampanye pemilu di Turki sebagai hal yang tidak adil.
Pemilihan presiden Turki yang kedua akan berlangsung Minggu depan, 28 Mei. Erdogan yang petahana dan kandidat oposisi Kemal Kilicdaroglu memenuhi syarat. Pada putaran pertama pemungutan suara, Erdogan unggul sekitar 4,5 poin persentase atas Kilicdaroglu dari CHP, namun gagal meraih mayoritas absolut.
qu/uh (afp, rtr)