RIO DE JANEIRO: Pengunjuk rasa anti-pemilu yang berkemah di luar pangkalan militer Brasil telah menjadi “sarang terorisme”, kata menteri kehakiman Brasil pada Minggu (25 Desember), sehari setelah polisi meledakkan alat peledak dan menangkap seorang tersangka yang mereka tuduh memiliki hubungan. ke kamp Brasilia.
“Peristiwa serius kemarin di Brasilia membuktikan bahwa apa yang disebut kamp “patriotik” telah menjadi inkubator bagi teroris,” cuit Flavio Dino. “Tidak akan ada amnesti bagi teroris, pendukung dan penyandang dana mereka.”
Pendukung Presiden Jair Bolsonaro telah berkemah di luar pangkalan militer di Brasil selama berminggu-minggu, mendesak militer untuk membatalkan kemenangan Presiden terpilih sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, yang mulai menjabat pada 1 Januari.
Dalam tweet selanjutnya, Dino mengatakan dia akan mengusulkan pembentukan “kelompok khusus untuk memerangi terorisme dan senjata yang tidak bertanggung jawab. Supremasi hukum tidak sejalan dengan milisi politik ini.”
Berita tentang bom tersebut menambah dimensi baru pada kekerasan pasca pemilu di Brazil, dimana ketegangan masih tinggi setelah pemilu Brazil yang paling menegangkan dalam satu generasi.
Bolsonaro, yang belum mengakui kekalahannya, telah membuat klaim tidak berdasar tentang kredibilitas sistem pemungutan suara di Brasil, dan banyak pendukung setianya mempercayainya.
Kamp Brasilia, yang terletak di luar markas tentara, telah menjadi salah satu kamp paling ekstrem di negara tersebut. Pada tanggal 12 Desember, hari dimana kemenangan Lula disahkan, beberapa penghuni kamp menyerang markas besar polisi federal di Brasilia.
Kepala polisi sipil Brasilia Robson Cândido mengatakan seorang pria berusia 54 tahun dari negara bagian Para di timur laut telah ditangkap dan mengaku menanam perangkat tersebut di truk bahan bakar dekat bandara Brasilia untuk menimbulkan kekacauan.
“Dia datang untuk berpartisipasi dalam protes, di luar markas tentara, dan dia adalah bagian dari gerakan yang mendukung presiden saat ini,” katanya kepada wartawan. “Mereka menjalankan misi tersebut, yang menurut mereka bersifat ideologis, namun sudah di luar kendali.”
Polisi juga menemukan senapan serbu dan bahan peledak lainnya di sebuah apartemen yang disewa oleh pria tersebut di Brasilia. Cândido mengatakan tersangka adalah pemilik senjata terdaftar, yang dikenal sebagai CAC, sebuah kelompok yang telah berkembang enam kali lipat menjadi hampir 700.000 orang sejak Bolsonaro terpilih pada tahun 2018 dan mulai melonggarkan undang-undang senjata.
Cândido juga mengatakan pria tersebut, dan orang-orang yang membantunya, mencoba mengaktifkan alat peledak tersebut, namun tidak meledak. Dia mengatakan masih belum jelas berapa banyak orang lain yang terlibat.
“Kami belum pernah mengalami bom di sini di Brazil,” katanya.