Sejumlah saksi JPU, termasuk Rizal dan Mahdzir, mendengarkan rekaman audio di persidangan dan bersaksi bahwa suara itu adalah suara Rosmah.
Dalam putusannya, hakim mencatat bahwa Rosmah berusaha meremehkan percakapan tersebut dengan mengaitkannya dengan percakapan biasa antara laki-laki dan perempuan.
“Namun, ini bukan percakapan biasa antar pasangan, karena ini menyangkut urusan pemerintahan. Dari rekaman audio terlihat jelas bahwa terdakwa memberikan instruksi kepada Najib mengenai urusan pemerintahan.
Nada suaranya memerintah dan bertentangan dengan klaimnya bahwa dia telah mengindahkan larangan Najib untuk tidak ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Hakim menambahkan: “Saya mengatakan ini dengan sangat hormat, tetapi jelas bahwa terdakwa mendominasi Najib. Dia punya kendali atas dirinya.”
“Dia tidak punya urusan mencampuri tugas atau urusan pemerintahan Najib, tapi dia melakukannya,” tulisnya.
MANTAN MENTERI PENDIDIKAN MAHDZIR “BERUSAHA MELAKUKAN HAL YANG BENAR”
Dalam kejadian tersebut, Mahdzir, mantan menteri pendidikan, “mencoba melakukan hal yang benar”, demikian putusan pengadilan.
Dia enggan mengelak dari prosedur kementerian.
“Dia bahkan mencoba membujuk Najib secara pribadi sebanyak dua kali,” tulis hakim.
Saat pertama kali menerima surat proposal dari Jepak, Mahdzir mengatakan bahwa proyek tersebut memerlukan keahlian khusus, namun ia ragu perusahaan tersebut memilikinya.
Terlebih lagi, dia ragu dengan kemampuannya untuk membuat komitmen sebesar itu. Meski demikian, ia menginstruksikan pejabat Kementerian Pendidikan untuk membentuk tim teknis dan meminta Jepak menyampaikan usulannya.
Ketika didesak oleh Saidi dan Rayyan untuk mempercepat persetujuan proyek tersebut, dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus melalui prosedur biasa dan menunggu tanggapan resmi dari kementerian.
Mereka tidak puas dengan pengaturan ini, dan Najib kemudian menginstruksikan Mahdzir untuk “segera mengeluarkan surat penghargaan”.
Meski mendapat tekanan dari Rizal, Saidi, dan Rayyan, Mahdzir tak mau menyimpang dari tindakan yang diambil kementeriannya. Namun, ia menerima serangkaian instruksi lain dari Najib untuk melanjutkan rapat sebelumnya, yang mana ia “merasa tidak punya pilihan selain menyetujui proyek tersebut”.
Berdasarkan keputusan tersebut, Mahdzir berbicara dengan Najib sekitar bulan Juni 2016, di mana ia mencoba meyakinkan Najib untuk menggunakan tender terbuka untuk proyek tersebut dan tidak melalui negosiasi langsung dengan Jepak. Namun, Najib bertekad dan menyuruhnya melaksanakan perintahnya.