Kementerian Luar Negeri Prancis menolak tuduhan rasisme struktural di kepolisian yang dibuat oleh Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB (CERD). “Tuduhan rasisme atau diskriminasi sistemik apa pun yang dilakukan aparat penegak hukum tidak berdasar,” kata kementerian itu di Paris.
Memerangi rasisme dan segala bentuk diskriminasi merupakan prioritas politik. “Setiap tindakan profil etnis oleh penegak hukum dilarang di Perancis karena melanggar prinsip konstitusional kesetaraan,” kata kementerian tersebut.
Perjuangan melawan ekses dari apa yang disebut pemeriksaan wajah telah diintensifkan. Kementerian juga menolak tuduhan penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi Prancis. “Setiap perilaku diskriminatif yang dilaporkan akan ditindaklanjuti” dan dihukum jika terbukti, tambah pernyataan Departemen Luar Negeri.
Setelah kematian Nahel yang berusia 17 tahun dalam penyelidikan polisi di Nanterre, sebuah komite PBB meminta Prancis untuk bertindak melawan “profil rasial” yang dilakukan oleh otoritas keamanan. “Profil rasial” adalah ketika seseorang diperiksa oleh polisi karena karakteristik eksternalnya, seperti warna kulit.
Kementerian Luar Negeri menekankan: “Penggunaan kekuatan oleh kepolisian nasional dan gendarmerie tunduk pada prinsip-prinsip kebutuhan mutlak dan proporsionalitas serta diawasi dan dikendalikan secara ketat.
Protes kembali terjadi di beberapa kota di Prancis
Sementara itu, masyarakat kembali turun ke jalan pada hari Sabtu menentang kekerasan polisi di beberapa kota di Perancis. Pawai protes dengan beberapa ratus peserta berangkat pagi ini di Strasbourg. Para pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan “Dalam kesedihan dan kemarahan”.
Sebuah protes yang direncanakan di Marseille dipindahkan dari pusat kota atas perintah polisi. Terjadi tarik-menarik atas rencana aksi unjuk rasa di wilayah Paris untuk mengenang seorang pemuda kulit hitam yang meninggal pada tahun 2016 setelah dikejar oleh polisi.
Kakak perempuannya ingin memindahkan aksi protes, yang dilarang di pinggiran kota, ke pusat kota Paris. Pihak berwenang melarang unjuk rasa pada Sabtu pagi, dengan alasan situasi tegang setelah kerusuhan baru-baru ini.
Setelah kematian Nahel yang berusia 17 tahun hampir dua minggu lalu, negara tersebut diguncang oleh kerusuhan dan protes yang serius. Terjadi penjarahan, pembakaran, dan konfrontasi kekerasan berulang kali antara polisi dan perusuh. Petugas yang melepaskan tembakan fatal ke remaja tersebut sedang diselidiki atas dugaan pembunuhan. Kerusuhan kini telah mereda.
uh/hf (dpa, afp)