“Frekuensi dan tingkat keparahan banjir (di Malaysia) telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan diperkirakan akan meningkat akibat pemanasan global yang terus berlanjut,” demikian bunyi laporan yang dirilis pada tahun 2021.
Pakar kesehatan mental di Malaysia mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah korban banjir yang menunjukkan tanda-tanda stres pasca-trauma. Kasus-kasus tersebut mungkin dimulai dengan depresi dan kecemasan dan konsekuensinya dapat menyebabkan lebih banyak kasus bunuh diri dilaporkan.
Pakar kesehatan mental Andrew Mohanraj, yang juga presiden Asosiasi Kesehatan Mental Malaysia (MMHA), mengatakan kepada CNA bahwa mereka yang menderita PTSD akibat banjir cenderung melaporkan perasaan cemas, depresi, dan paranoia yang parah.
“Seseorang dengan PTSD akan menunjukkan gejala seperti sangat mudah tersinggung, melakukan kekerasan terhadap orang lain, kurang tidur, dan merasa bersalah serta sangat malu atas apa yang terjadi,” kata Mohanraj.
“Dan tentu saja, yang lebih disayangkan, dalam upaya mengatasi perasaan tersebut, individu mungkin cenderung menggunakan strategi yang salah dalam menghadapi masalah tersebut, seperti menyalahgunakan zat-zat termasuk obat tidur dan alkohol. Dan, yang lebih menyedihkan, dalam beberapa kasus, itu juga mengarah pada kasus bunuh diri,” tambahnya.
Dalam kasus Abdul Rahman, dia dirujuk ke konselor Kementerian Kesehatan dan menjalani tes mingguan untuk memantau tingkat traumanya.
“Ketika langit mulai gelap dan saya mendengar suara guntur, saya mulai merasa takut. Saya tidak pernah takut hujan lebat seperti sekarang,” ujarnya kepada CNA.
Rohini Krishnan, konselor dari Layanan Konseling Meraky yang merawat korban banjir di Kedah, meyakini tingkat trauma yang dialami Abdul Rahman kemungkinan besar akan tinggi karena kesedihan dan kemalangan yang harus ia alami begitu parah.
“Kehilangan orang yang dicintai tentu akan memperparah dampak trauma pada individu… karena itu adalah sesuatu yang jauh lebih besar dibandingkan kehilangan harta benda dan barang berharga,” ujarnya.
“Untuk kasus seperti itu, individu yang bersangkutan mungkin berada pada level delapan, sembilan, atau 10 (dari skala 10). Konselor harus duduk (bersamanya) dan melakukan banyak proses dan ventilasi untuk membantu pemulihan,” tambahnya.
Bulan lalu, Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengatakan Malaysia telah mengalami peningkatan kasus bunuh diri secara keseluruhan sebesar 81 persen pada tahun 2021. Sebanyak 1.142 kasus dilaporkan pada tahun lalu dibandingkan 631 kasus pada tahun 2020. Ia mengatakan penyebab utama kasus bunuh diri adalah masalah kesehatan mental yang semakin parah akibat pandemi COVID. -19.
KHAWATIR, TAKUT HUJAN
Trauma tidak serta merta hanya menimpa korban banjir yang kehilangan orang-orang tercinta.
Zaili Man yang juga terkena dampak banjir di Baling pada Juli lalu, kehilangan rumah, hewan ternak, dan seluruh peralatan yang digunakan untuk usaha restorannya.
“Kami tidak berani pulang selama sebulan karena kami semua trauma,” kata pria 42 tahun yang tinggal di Kampung Bendang bersama istri dan tiga anaknya yang berusia 15, 12, dan delapan tahun yang tinggal di Padang.