KONFLIK RUSIA-UKRAINA, CRYPTO TIDUR ADALAH TREN YANG PERLU DIPERHATIKAN
Dalam laporannya, CSA juga menyoroti kemungkinan adanya perbedaan norma, ekosistem, dan standar dunia maya dalam waktu dekat, yang disebabkan oleh berkurangnya ketergantungan global terhadap teknologi Barat akibat ketegangan geopolitik seperti konflik Rusia-Ukraina.
“Rusia sebelumnya menghadapi hambatan besar dalam memisahkan teknologi AS, karena adanya risiko bahwa berbagai layanan pembayaran dan penawaran produk yang digunakan oleh warga Rusia akan ditangguhkan,” kata CSA.
Dengan sanksi yang diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina, keinginan Rusia untuk melepaskan diri dari teknologi tersebut “sangat mungkin meningkat”, tambah badan tersebut.
Negara-negara seperti Tiongkok juga berupaya mencapai swasembada di bidang teknologi maju, kata CSA.
Badan tersebut juga mencatat bahwa kelompok penjahat siber dan peretas memihak dalam konflik Rusia-Ukraina dan terlibat dalam aktivitas siber yang lebih berbahaya untuk tujuan bermotif politik.
“Perkembangan ini meningkatkan risiko pembalasan, karena setiap insiden dunia maya yang serius dapat digunakan oleh kelompok-kelompok ini sebagai dalih untuk melakukan eskalasi oleh satu pihak atau pihak lain,” kata CSA.
Kejahatan berbasis kripto juga meningkat, sebagian besar melalui penggunaan platform keuangan peer-to-peer yang memungkinkan transaksi instan.
Aksesibilitas platform yang tanpa batas serta fitur anonimitas telah mempersulit pelacakan aktivitas ilegal dan menegakkan peraturan lintas batas, kata CSA.
“Tantangan seperti itu semakin mendorong penjahat dunia maya untuk terus melakukan lebih banyak penipuan berbasis kripto,” tambahnya.
CSA juga mengidentifikasi tren penjahat dunia maya yang menargetkan perangkat Internet of Things (IoT) penting dalam serangan ransomware, yang mengakibatkan biaya downtime yang signifikan.
“Karyawan juga diketahui menghubungkan perangkat IoT pribadi mereka ke jaringan organisasi tanpa sepengetahuan tim keamanan,” tambah agensi tersebut.
“Jika organisasi-organisasi di industri yang kritis dan sensitif terhadap waktu seperti layanan kesehatan terinfeksi ransomware, akan ada konsekuensi serius dan mengancam jiwa.”
KEAMANAN SIBER SEBUAH ‘OLAHRAGA TIM’
Meningkatkan kesadaran dan menerapkan praktik keamanan siber yang baik adalah kunci untuk mewujudkan ekonomi digital dan gaya hidup digital, kata CSA.
Tahun lalu, badan tersebut meluncurkan inisiatif seperti program SG Cyber Safe untuk membantu perusahaan melindungi diri mereka secara online dengan lebih baik, dan juga memperkenalkan perangkat keamanan siber yang melayani berbagai peran perusahaan.
CSA juga bekerja sama dengan Infocomm Media Development Authority (IMDA) untuk menawarkan solusi keamanan siber yang telah disetujui sebelumnya kepada UKM.
“Lanskap siber pada tahun 2021 dipenuhi dengan ancaman yang semakin canggih dan pelaku ancaman yang semakin brutal,” kata David Koh, Komisaris Keamanan Siber dan CEO CSA.
“Pemerintah telah meningkatkan upaya untuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk berbuat lebih banyak, namun keamanan siber adalah sebuah olahraga tim. Hanya dengan bekerja sama dan bekerja lintas negara kita dapat mempunyai peluang untuk melawan ancaman yang terus berkembang ini,” tambahnya.