KUALA LUMPUR: Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengonfirmasi pada Selasa (4 Oktober) bahwa ia akan segera bertemu dengan Raja Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah.
Tanpa merinci agenda pertemuan yang akan diadakan pada hari Kamis, perdana menteri mengatakan keputusan tentang kapan parlemen dibubarkan adalah hak prerogratifnya, media lokal melaporkan.
Hal ini terjadi setelah dewan tertinggi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pada Jumat malam lalu memutuskan bahwa parlemen harus segera dibubarkan agar pemilihan umum dapat digelar tahun ini. Dewan tertinggi juga mengatakan bahwa Tuan. Ismail Sabri akan mengajukan usulan tanggal pembubaran kepada raja.
Perdana menteri yang dikutip oleh New Straits Times pada hari Selasa mengatakan: “Beberapa orang mengatakan (pembubaran parlemen akan dilakukan) sebelum anggaran (penyajian tahun 2023), ada pula yang mengatakan setelah anggaran pada hari Senin.
“Yang lain mengatakan bulan ini atau November dan bahkan tahun depan.”
Ada spekulasi kuat bahwa Tuan. Ismail Sabri bisa membubarkan parlemen setelah anggaran 2023 diajukan Jumat ini.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuannya dengan raja merupakan pengarahan rutin di hadapan kabinet.
“Setiap minggu sebelum rapat kabinet, saya bertemu dengan Yang Mulia… Audiens lebih tertarik pada dokumen rapat kabinet,” katanya seperti dikutip Malaysiakini.
Ismail Sabri menambahkan pada hari Selasa bahwa meskipun siapa pun dapat memberikan pendapat mengenai kapan parlemen harus dibubarkan, keputusan tersebut tetap merupakan hak prerogratifnya.
“Sebelumnya (pembubaran) tidak pernah dibicarakan secara terbuka. Di masa lalu, jika perdana menteri mengumumkan bahwa parlemen akan dibubarkan, maka parlemen akan dibubarkan,” katanya, menurut Free Malaysia Today.
“Tidak ada partai politik lain yang memberikan pandangan atau mencoba ikut campur.”
Menurut Free Malaysia Today, Tn. Ismail Sabri mengatakan, perdana menteri sebelumnya tidak membahas pembubaran parlemen dengan partainya sendiri.
“Jika perdana menteri merasa ini saat yang tepat untuk membubarkan parlemen, dia akan melakukan pembubaran.
“Saya akan mempertimbangkan semua ide dan pandangan. Namun pandangan ini tidak ada hubungannya dengan kekuasaan (perdana menteri) untuk mengusulkan (pembubaran parlemen) kepada raja,” kata perdana menteri.
Ia juga dikabarkan mengatakan nota kesepahaman kerja sama politik dengan oposisi akan berlaku hingga parlemen dibubarkan.
Dia mengatakan, meski pihak oposisi dapat memberikan pandangan mereka mengenai pembubaran parlemen, hal itu tidak dapat mempengaruhi keputusan perdana menteri.
Mandat lima tahun pemerintahan saat ini akan berakhir pada Juli 2023, dan pemilihan umum ke-15 harus diadakan dalam waktu 60 hari sejak pembubaran parlemen.
Ismail Sabri menghadapi tekanan yang semakin besar dari partainya untuk membubarkan parlemen. Namun, dia belum bisa memastikan kapan pemilu akan dilaksanakan.
Ada seruan dari pihak oposisi dan anggota kabinetnya untuk menghindari pemilu pada musim banjir akhir tahun mendatang dan mengingat tekanan inflasi yang dihadapi masyarakat.
Ketua Perikatan Nasional (PN) Muhyiddin Yassin seperti dikutip Malaysiakini pada Selasa mengatakan para menteri koalisinya telah diinstruksikan untuk tidak menyetujui pemilu yang diadakan tahun ini saat menghadiri rapat kabinet. PN merupakan komponen koalisi penguasa bersama Barisan Nasional.
Abdul Hadi Awang, presiden Parti Islam Se-Malaysia (PAS), juga mengatakan pada hari Selasa bahwa pembubaran parlemen dalam jangka pendek tidak tepat karena negara tersebut fokus pada pemulihan ekonomi dan persiapan musim banjir.
PAS berpendapat, dalam situasi apapun kepentingan bangsa dan rakyat harus didahulukan, termasuk langkah pemulihan ekonomi yang terutama harus didukung oleh APBN 2023 yang akan diajukan, ujarnya, dalam keterangannya. PAS merupakan partai konstituen PN.
Departemen meteorologi Malaysia memperingatkan adanya banjir selama musim hujan timur laut, yang biasanya dimulai pada bulan November dan berakhir pada bulan Maret.
Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi, yang menghadapi 47 dakwaan pelanggaran kepercayaan, korupsi dan pencucian uang, telah berusaha sekuat tenaga untuk mengadakan pemilu cepat, seolah-olah untuk mendapatkan mandat baru dari rakyat.
Dia mengkritik pihak oposisi karena menggunakan narasi banjir dan inflasi untuk menolak pemilihan umum dini, dan menyebut narasi banjir sebagai “mitos”.