Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, telah mengumumkan pengunduran dirinya dari politik. Pria berusia 53 tahun itu mengkonfirmasi kepada surat kabar The Times bahwa ia telah memutuskan untuk meninggalkan kabinet pada perombakan kabinet berikutnya – kemungkinan pada bulan September. Apalagi, ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada pemilihan parlemen berikutnya yang akan berlangsung pada 2024. “Saya tidak akan mencalonkan diri lain kali,” jelas Wallace. Namun, menurut Times, ia mengesampingkan pengunduran diri sebagai anggota parlemen lebih awal dan dengan demikian memicu pemilihan sela di daerah pemilihannya (daerah pemilihan Wyre dan Preston North).
“Saya memasuki dunia politik di Parlemen Skotlandia pada tahun 1999. Itu berarti 24 tahun. Saya menghabiskan lebih dari tujuh tahun dengan tiga ponsel di samping tempat tidur saya,” kata Wallace dalam wawancara dengan Times. Ketika ditanya untuk apa telepon itu, dia menjawab: “Rahasia, rahasia dan rahasia.”
“Putin belum selesai dengan kita”
Sebagai menteri pertahanan Inggris, Wallace membantu mengoordinasikan dukungan Ukraina dalam pertahanannya melawan Rusia. Pekan lalu dia memperingatkan pemerintah Ukraina untuk menahan diri dalam kritiknya terhadap pengiriman senjata dari negara-negara Barat. Saat berkunjung ke Kiev, Wallace melaporkan, dia diberi daftar keinginan senjata. Dia menjawab, “Saya bukan Amazon.”
Dalam wawancara Times, Wallace menekankan bahwa kekhawatiran utamanya adalah risiko konflik militer langsung dengan Rusia, baik disengaja maupun tidak disengaja. “Jika Putin kalah di Ukraina, dia akan menderita luka yang dalam,” kata menteri tersebut. Presiden Rusia masih memiliki angkatan udara dan angkatan laut dan terlihat bahwa angkatan laut melakukan manuver yang sangat agresif. “Putin belum selesai dengan kita. Dia mempunyai peluang untuk menyerang dalam tiga atau empat tahun ke depan.” Wallace memperingatkan bahwa Inggris bisa terseret ke dalam konflik lebih lanjut. Pada akhir dekade ini, dunia akan semakin tidak menentu.
Wallace mengambil alih jabatan Menteri Pertahanan pada tahun 2019, saat itu di bawah Perdana Menteri Boris Johnson. Dia kemudian mempertahankan jabatan menteri, baik di pemerintahan rekannya dari Partai Konservatif Liz Truss dan di kabinet Rishi Sunak saat ini. Sementara itu, Wallace sendiri sempat dianggap sebagai calon kepala pemerintahan, namun ia menolaknya.
Wallace juga berambisi untuk menduduki jabatan Sekretaris Jenderal NATO. Namun harapan untuk menjadi penerus Jens Stoltenberg tak terwujud. “Itu tidak akan terjadi,” kata Economist yang mengutip pernyataannya pada bulan Juni.
wa/mak (dpa, rtr, thetimes.co.uk)