LONDON: Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan pada Selasa (11 Oktober) bahwa Moskow terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Barat mengenai perang di Ukraina, klaim yang ditolak Washington sebagai “postur” ketika Rusia terus menyerang Ukraina untuk menyerang kota-kota.
Dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah, Lavrov mengatakan Rusia bersedia melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat atau Turki mengenai cara-cara untuk mengakhiri perang, yang kini sudah memasuki delapan bulan, namun belum menerima proposal serius untuk bernegosiasi.
Penekanannya pada penerimaan Rusia terhadap perundingan muncul setelah serangkaian kekalahan tajam sejak awal September yang mengubah momentum konflik untuk menguntungkan Ukraina.
Lavrov mengatakan para pejabat, termasuk juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, mengatakan Amerika Serikat terbuka untuk melakukan perundingan namun Rusia menolaknya.
“Ini bohong,” kata Lavrov. “Kami belum menerima tawaran serius untuk melakukan kontak.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Washington “sangat sedikit yakin” bahwa Rusia memberikan tawaran yang sah untuk melakukan pembicaraan karena komentar Lavrov muncul beberapa jam setelah serangan rudal Rusia yang menewaskan warga sipil di Ukraina.
“Kami melihat ini sebagai sikap. Kami tidak melihat ini sebagai tawaran konstruktif dan sah untuk terlibat dalam dialog dan diplomasi yang mutlak diperlukan untuk mengakhiri perang agresi brutal ini,” kata Price dalam konferensi pers reguler. .
Perundingan untuk mengakhiri perang pada akhirnya harus dilakukan antara Ukraina dan Rusia, tambah Price.
“Jika Rusia ingin memberi isyarat bahwa mereka serius dalam dialog dan diplomasi… mungkin langkah pertama yang baik adalah menghentikan serangan brutal yang diikuti dengan apa yang tampaknya hanya kata-kata kosong,” katanya.
Lavrov juga mengatakan Rusia tidak akan mengesampingkan pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden pada KTT G20 pertengahan November di Indonesia, dan akan mempertimbangkan usulan tersebut jika diterima.
“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami tidak pernah menolak pertemuan. Jika ada usulan, kami akan mempertimbangkannya,” kata Lavrov.
Mengenai kemungkinan Turki menjadi tuan rumah perundingan antara Rusia dan Barat, Lavrov mengatakan Moskow akan bersedia mendengarkan usulan apa pun, namun tidak dapat mengatakan sebelumnya apakah usulan tersebut akan membuahkan hasil.
Dia mengatakan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan mendapat kesempatan untuk menyampaikan proposal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin ketika keduanya mengunjungi Kazakhstan pekan ini.
Lavrov mencatat bahwa pembicaraan langsung antara Rusia dan Ukraina gagal pada akhir Maret. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengesampingkan pembicaraan dengan Putin setelah Rusia mengklaim empat wilayah Ukraina yang sebagian didudukinya telah dianeksasi bulan lalu.