Serikat pekerja dalam koalisi lain, yang disebut Gebrak, juga melakukan protes pada tanggal 13 September dan berencana melakukan protes lebih lanjut. Serikat pekerja terkemuka dalam koalisi kelompok buruh, mahasiswa dan masyarakat sipil ini adalah Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), yang tidak berafiliasi dengan Partai Buruh.
Aliansi Gebrak, yang mencakup serikat pekerja kecil lainnya serta kelompok mahasiswa dan hak asasi manusia, telah menjadi pemain penting dalam protes masyarakat sipil terhadap kebijakan pemerintah seperti Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Act), khususnya di Jakarta.
Pada 13 September, mereka antara lain menyerukan pembatalan kenaikan harga BBM, pencabutan Omnibus Act, dan penolakan usulan revisi KUHP baru.
LEBIH BANYAK KEKERASAN AKAN SELESAI
Protes masyarakat terhadap kenaikan harga BBM hampir selalu terjadi, termasuk pada masa pemerintahan Yudhohyono. Namun kali ini, kelompok oposisi yang menentang pemerintah dalam isu ini mempunyai kekuatan politik yang lebih besar. Protes yang sedang berlangsung mencapai 10 kali di Jakarta dalam satu hari.
Kali ini, aktor-aktor arus utama, seperti Partai Demokrat, PKS, dan Partai Buruh, juga mengartikulasikan retorika oposisi, betapapun oportunistiknya. Ada juga potensi gangguan serius terhadap angkutan umum melalui demonstrasi yang dilakukan oleh pengemudi, yang kini berjumlah sekitar 3 juta orang.
Pemerintah berharap dapat meredam kerusuhan tersebut. Pemerintah menjanjikan pembayaran tunai sebesar 600.000 rupiah kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Yang lebih menarik lagi, pemerintah segera membalas ketika pada tanggal 13 April diumumkan bahwa penjatahan Pertalite akan ditunda sementara pemerintah “melakukan kajian”. Menteri Ketenagakerjaan juga meminta upah dinaikkan.
Namun sulit bagi pemerintah untuk bisa melewati badai yang ada saat ini, terutama jika protes masyarakat sipil terus berlanjut sementara beberapa aktor arus utama tetap mempertahankan retorika oposisi mereka. Dengan meningkatnya inflasi, akan terjadi lebih banyak gejolak politik yang pada gilirannya akan mengganggu stabilitas persiapan pemilu 2024.
Memang benar, gejolak yang terjadi saat ini masih terfragmentasi dan tanpa kepemimpinan politik. Namun jika dibiarkan, pemerintah akan berusaha sekuat tenaga untuk menurunkan suhu politik.
Max Lane adalah peneliti senior tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute. Komentar ini muncul pertama kali di blog ISEAS-Yusof Ishak Institute, Fulcrum.