‘Kebodohan EKONOMI’
Arnold Vaatz, mantan anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat (SPD) yang dipimpin Merkel, mengatakan keputusan itu juga dimaksudkan untuk mempengaruhi pemilihan negara bagian di Baden-Wuerttemberg di mana isu tersebut berada di tangan Partai Hijau.
“Saya menyebutnya sebagai kebodohan ekonomi terbesar yang dilakukan partai tersebut sejak (pertama kali di pemerintahan) tahun 1949 dan saya mendukungnya,” Vaatz, satu dari lima anggota parlemen Konservatif yang menentang RUU penarikan tersebut, mengatakan kepada Reuters.
Tiga pembangkit listrik terakhir hanya menyumbang sekitar 5 persen produksi listrik di Jerman dalam tiga bulan pertama tahun ini, menurut kementerian perekonomian.
Dan tenaga nuklir hanya menyumbang 6 persen dari produksi energi Jerman tahun lalu, dibandingkan dengan 44 persen dari energi terbarukan, menurut data dari kantor statistik federal.
Namun, dua pertiga warga Jerman mendukung perpanjangan umur reaktor atau menyambungkan pembangkit tua ke jaringan listrik, dan hanya 28 persen yang mendukung penghentian penggunaan reaktor secara bertahap, menurut survei yang dilakukan oleh Forsa Institute awal pekan ini.
“Saya pikir hal ini sebagian besar dipicu oleh ketakutan bahwa situasi pasokan tidak aman,” kata analis Forsa Peter Matuschek kepada Reuters.
Pemerintah mengatakan pasokan listrik terjamin setelah penghentian penggunaan nuklir dan Jerman akan terus mengekspor listrik, mengingat tingkat penyimpanan gas yang tinggi, terminal gas cair baru di pantai utara dan perluasan energi terbarukan.
Namun, para pendukung nuklir mengatakan Jerman pada akhirnya harus kembali menggunakan tenaga nuklir jika ingin menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan memenuhi tujuannya untuk menjadi netral gas rumah kaca di semua sektor pada tahun 2045, karena energi angin dan matahari tidak akan sepenuhnya memenuhi permintaan.
“Dengan menghentikan penggunaan tenaga nuklir secara bertahap, Jerman berkomitmen pada batu bara dan gas karena tidak selalu ada cukup tenaga angin atau matahari,” kata Rainer Klute, ketua asosiasi nirlaba pro-nuklir Nuklearia.
Dengan berakhirnya era tenaga atom, Jerman harus menemukan tempat penyimpanan permanen sekitar 1.900 barel limbah nuklir yang sangat radioaktif pada tahun 2031.
“Setidaknya ada 60 tahun ke depan yang kita perlukan untuk dekomisioning dan penyimpanan aman jangka panjang dari sisa-sisa nuklir tersebut,” kata Wolfram Koenig, kepala Kantor Federal untuk Keamanan Pengelolaan Limbah Nuklir.
Pemerintah juga mengakui bahwa masalah keselamatan masih ada, karena negara tetangganya, Perancis dan Swiss, masih sangat bergantung pada tenaga nuklir.
“Radioaktivitas tidak berhenti di perbatasan,” kata Inge Paulini, kepala Kantor Perlindungan Radiasi Jerman, seraya mencatat bahwa tujuh pembangkit listrik di negara tetangga berjarak kurang dari 100 km dari Jerman.