DUBAI: Iran harus mengambil tindakan tegas terhadap protes yang melanda negara itu menyusul kematian seorang wanita yang ditahan oleh polisi moral Republik Islam, kata Presiden Ebrahim Raisi pada Sabtu (24 September).
Tiga puluh lima orang tewas dalam demonstrasi selama seminggu ini, dan protes menyebar ke sebagian besar dari 31 provinsi di negara itu, menurut televisi pemerintah Iran.
Pada hari Jumat, demonstrasi yang diorganisir negara berlangsung di beberapa kota di Iran untuk melawan protes anti-pemerintah, dan militer berjanji untuk menghadapi “musuh” di balik kerusuhan tersebut.
Media pemerintah mengutip Raisi pada hari Sabtu yang mengatakan Iran harus “secara tegas menangani mereka yang menentang keamanan dan ketenangan negara”.
Raisi berbicara melalui telepon dengan keluarga seorang anggota pasukan sukarelawan Basij yang tewas saat mengambil bagian dalam penindasan kerusuhan di kota Masyhad di timur laut.
Presiden “menekankan perlunya membedakan antara protes dan gangguan ketertiban dan keamanan publik, dan menyebut peristiwa tersebut … sebuah kerusuhan,” lapor media pemerintah.
Protes meletus di barat laut Iran seminggu yang lalu pada pemakaman Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun yang meninggal setelah koma menyusul penangkapannya oleh polisi moral yang menerapkan aturan hijab pada pakaian wanita.
Kematiannya telah memicu kemarahan atas berbagai masalah termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, aturan berpakaian yang ketat bagi perempuan, dan perekonomian yang terguncang akibat sanksi.
Perempuan memainkan peran penting dalam protes tersebut, dengan melambaikan tangan dan membakar cadar. Beberapa orang memotong rambut mereka di depan umum ketika massa yang marah menyerukan jatuhnya Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Protes tersebut adalah yang terbesar yang melanda negara itu sejak protes harga bahan bakar pada tahun 2019, ketika Reuters melaporkan 1.500 orang tewas dalam tindakan keras terhadap pengunjuk rasa. Ini adalah konfrontasi paling berdarah dalam sejarah Republik Islam.
Kantor berita Iran melaporkan pada hari Sabtu bahwa 739 pengunjuk rasa ditangkap di provinsi utara Gilan, di Laut Kaspia.
Akun Twitter aktivis 1500tasvir, yang memiliki 125.000 pengikut, mengatakan saluran komunikasi dengan kota Oshnavieh di barat laut telah terputus, dan jalur kabel terputus.
Oshnavieh adalah salah satu dari beberapa kota di barat laut Iran, rumah bagi sebagian besar dari 10 juta warga Kurdi di negara itu, yang melakukan mogok kerja pada hari Jumat. Kelompok hak asasi Kurdi Hengaw mengunggah sebuah video yang mengatakan para pengunjuk rasa menguasai beberapa bagian kota pada hari Jumat.
Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian video tersebut.