JAKARTA: Bank sentral Indonesia pada hari Kamis (22 Desember) menaikkan suku bunga kebijakannya, yang merupakan kenaikan suku bunga kelima sejak bulan Agustus dan secara luas diharapkan oleh pasar, karena bertujuan untuk mengembalikan inflasi ke target tahun depan.
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50 persen, seperti perkiraan mayoritas ekonom yang disurvei Reuters.
Bank sentral telah menaikkan suku bunga sebanyak 200bp sejak bulan Agustus, termasuk tiga kali kenaikan berturut-turut sebesar 50bp dalam tiga pertemuan moneter sebelumnya.
“Keputusan untuk menaikkan suku bunga secara lebih terukur merupakan langkah lanjutan dari upaya front-loading, forward-looking dan forward-looking untuk memastikan berlanjutnya penurunan inflasi dan ekspektasi inflasi, sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam batas yang wajar. . kisaran 2 persen hingga 4 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Tingkat inflasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini melonjak ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir sebesar 5,95 persen pada bulan September, setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi pada awal bulan tersebut.
Inflasi telah mereda, namun tingkat inflasi pada bulan November sebesar 5,42 persen masih berada di atas kisaran target bank sentral sebesar 2 persen hingga 4 persen.
Warjiyo mengatakan pada hari Rabu bahwa inflasi inti diperkirakan akan tetap sekitar 5,4 persen pada bulan Desember dan turun menjadi 3 persen pada akhir tahun depan.
Nilai tukar rupiah sedikit banyak tidak berubah terhadap dolar dan bergerak dalam kisaran yang ketat setelah pengumuman tersebut. Mata uang ini telah jatuh sekitar 9 persen tahun ini, karena mata uang AS didukung oleh pengetatan moneter agresif yang dilakukan Federal Reserve.
Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat tahun depan, dan memperkirakan bahwa volatilitas pasar keuangan global akan berkurang setelah bank sentral utama menyelesaikan pengetatan moneternya.
Dia mengatakan pada hari Kamis bahwa tekanan terhadap rupiah mereda pada bulan November dan Desember.
Untuk pertumbuhan produk domestik bruto, perkiraan bank sentral memiliki bias ke kisaran atas 4,5 persen hingga 5,3 persen pada tahun 2022, kata Warjiyo, dan dengan pertumbuhan PDB berada di tengah kisaran yang sama pada tahun depan.
Capital Economics mengatakan hal ini menunjukkan akan adanya kenaikan suku bunga lagi yang akan dilakukan BI sebelum berakhirnya pengetatan pada awal tahun depan.
“Hal ini akan memberikan bank sentral kepercayaan diri untuk melanjutkan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat,” katanya dalam catatan kliennya.
“Kami memperkirakan kenaikan total sebesar 50bp lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang sebelum bank sentral mengakhiri siklus pengetatan pada awal tahun 2023.”