DHAKA: Bangladesh pada Rabu (28 Desember) meluncurkan layanan kereta metro pertamanya, yang sebagian besar didanai oleh Jepang, di ibu kota padat penduduk di tengah antusiasme bahwa bonanza pembangunan negara Asia Selatan itu akan terus berlanjut baik dengan dana dalam negeri maupun luar negeri.
Perdana Menteri Sheikh Hasina meresmikan layanan tersebut, didampingi oleh duta besar Jepang yang baru diangkat Kiminori Iwama dan Ichiguchi Tomohide, kepala perwakilan Badan Kerjasama Internasional Jepang, atau JICA.
“Hari ini kami telah menambahkan satu lagi kebanggaan pada mahkota rakyat Bangladesh. Hal lain yang menambah mahkota pembangunan Bangladesh,” katanya saat peresmian.
Hasina menggunakan upacara tersebut untuk memperingati enam insinyur kereta api Jepang yang bekerja pada proyek tersebut yang tewas dalam serangan di sebuah kafe di Dhaka oleh ekstremis Islam pada tahun 2016. Sebanyak 29 orang tewas, termasuk 20 sandera.
Pada bulan Juni, Hasina meresmikan jembatan sepanjang 6,51 km yang membentang di Sungai Padma, yang dibangun oleh Tiongkok dengan biaya sekitar US$3,6 miliar yang dibiayai dengan dana lokal. Jembatan itu adalah salah satu dari lebih dari 100 jembatan yang dibuka Hasina dalam beberapa bulan terakhir.
Pihak oposisi sering menuduh pemerintahan Hasina melakukan korupsi dalam pelaksanaan proyek-proyek besar, namun mereka membantah tuduhan tersebut.
Versi terbatas dari layanan metro diluncurkan pada hari Rabu dan diperkirakan akan berkembang menjadi lebih dari 100 stasiun dan enam jalur melintasi kota pada tahun 2030.
Bagian dari jalur pertama menghubungkan lingkungan utama di pinggiran Dhaka dengan pusat kota. Proyek ini dibangun dengan biaya $2,8 miliar dan sebagian besar dibiayai oleh JICA.
Jalur ini diperkirakan dapat mengangkut 60.000 orang setiap jam ketika beroperasi penuh, menurut dokumen proyek.
Dhaka adalah salah satu kota terpadat di dunia dengan lebih dari 20 juta orang berjuang untuk melakukan perjalanan di jalan yang padat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Teknik dan Teknologi Bangladesh, perekonomian di Dhaka kehilangan sekitar US$3 miliar waktu kerja yang hilang setiap tahun akibat kemacetan lalu lintas.
Iwama, Duta Besar Jepang, menekankan hubungan jangka panjang antara Bangladesh dan Jepang. Ia juga menggarisbawahi komitmennya untuk memperdalam hubungan seiring dengan semakin banyaknya investasi dan keuangan Jepang yang masuk ke Bangladesh.
Kepala JICA Tomohide mengatakan proyek kereta metro adalah “contoh cemerlang” kerja sama antara kedua negara dan akan “mengubah kehidupan masyarakat umum di Dhaka”.
Baik Jepang maupun Tiongkok adalah mitra pembangunan penting Bangladesh, yang bertujuan untuk beralih dari negara kurang berkembang menjadi negara berkembang dalam daftar Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2026.